Total Tayangan Halaman

Agar Bayi Tumbuh Sehat dan Cerdas

Tidak semua bayi bertumbuh sehat dan cerdas. Mewarisi bakat bertubuh besar dan sehat saja tidak cukup bila tidak ditunjang oleh gizi, asuhan, dan didikan yang memadai. Apa kiatnya?

Bayi yang sehat lahir dari benih yang sehat pula. Sel telur ibu dan spermatozoa ayah harus normal. Pemeriksaan genetika mungkin diperlukan bila masing-masing pihak ada kecurigaan membawa gen lemah (thalassemia, buta warna, sumbing, sakit jiwa).
Untuk memiliki benih yang unggul perlu gizi yang baik, dan benih yang unggul harus terbebas dari penyakit selama kehamilan (toxoplasmosis, campak jerman, cytomegala virus, dan herpes).
Hasil pembuahan yang unggul perlu dirawat. Untuk itu perlu tertib melakukan pemeriksaan kehamilan berkala; sehingga proses persalinan pun berlangsung secara spontan.
Hambatan pada salah satu yang tersebut di atas, anak alih-alih menjadi cerdas, bertumbuh sehat saja pun belum tentu. Anak sudah bertumbuh sejak pembuahan mula. Agar optimal pertumbuhannya, gizi ibu perlu cukup. Selain porsi makan dan minum ditambah, perlu ekstra vitamin-mineral juga. Di luar unsur menu harian, musik berpengaruh pula pada perkembangan bay (Mozart Effect). Selain itu emosi ibu hamil perlu dijaga, jauhkan dari cedera batin, dan perasaan negatif selama kehamilan. Lebih banyak menyaksikan hal-hal yang serba indah.
Dari ibu yang sehat, buah di kandungannya akan bertumbuh sehat. Agar nantinya anak lahir spontan normal, bayi tidak perlu terlalu besar. Berat lahir 3 kg dinilai memadai, agar mudah dilahirkan. Hambatan persalinan bisa mempengaruhi kecerdasan anak kelak. Misal, bila anak lama tertahan di dasar panggul ibu selama persalinan, kecerdasannya akan berkurang. Maka, ibu perlu terampil melahirkan bayinya, tahu teknik mengejan, serta melakukan persiapan yang diperlukan sebelum bersalin.
Bayi yang sudah lahir normal, tanpa kelemahan, tanpa kecacatan, belum jaminan akan sehat dan cerdas seterusnya. Bayi lahir sehat bila Nilai Apgar (Apgar Score) genap sepuluh. Itu dicapai bila bayi langsung menangis begitu lahir, kulit merah, pernapasan lancar. Namun, bila Apgar rendah, mungkin tak penuh pertumbuhannya nanti.
Setelah bayi lahir, perlu kecukupan gizi. Bahan pembangun tubuh dan kecerdasan anak paling sempurna berasal dari air susu ibu (ASI). Bayi yang disusui ibunya lebih unggul dari yang diberi susu formula pengganti ASI. Maka, apa yang ibu pilihkan untuk bayi menentukan hari depan pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasannya nantinya.
Anak yang tak cukup protein sampai memasuki umur dua tahun, tidak penuh terisi gelas kecerdasannya. Begitu pula mestinya sampai umur balita, bayi perlu dipenuhi kecukupan gizinya. Tidak terlambat memberi makanan padat, dan terpenuhi seluruh zat gizi yang dibutuhkannya.Fisik bertumbuh harus dibarengi dengan mental yang berkembang. Konsep tumbuh-kembang menganut maksud yang seperti itu. Bertumbuh fisiknya, berkembang kecerdasannya.
Tumbuh normal, sehat pula jasmani-rohaninya, belum cukup bila tidak diberi cukup stimuli. Stimuli itu berupa kontak dengan orangtua. Kontak bisa berarti sentuhan, mengajaknya berbicara, bercerita, saling berinteraksi, lewat tatapan mata, dan kegiatan fungsi luar otak lainnya. Belajar berbicara, bernyani, membaca.
Bentuk stimuli yang lain, tentu mendengar musik, melihat yang serba indah, mendengar dongeng, bergaul dengan teman sebaya, berani bertemu dengan orang asing, dan melatih psikomotorik, selain bentuk kegiatan jasmani lainnya.
Buku bacaan. Anak sudah diperkenalkan dengan buku sejak usia bayi, masih hanya sebagai bentuk belaka. Buku terbuat dari plastik, sekedar bisa melihat sampul, gambar, dan belajar membalik-balik halaman. Kegiatan membaca, suka membaca, juga diwarisi anak dari kebiasaan orangtua. Orangtua yang pembaca, melahirkan anak yang suka membaca juga. Membaca berarti memperkaya wawasan, selain ilmu kehidupan. Orangtua juga berkewajiban memberikan ilmu kehidupan (skill for life)
Bukan mainannya sendiri yang penting, terlebih bagaimana anak bermain. Bermain bagi anak juga sebuah pembelajaran. Sekarang tercipta teknik bermain (mengajak anak bermain) yang khusus dirancang untuk menajamkan kecerdasaan anak (brain-game). Dari panduan itu setiap orangtua memberi peluang bagi anaknya untuk meraih kecerdasannya yang bisa terisi penuh.
Selain pendidikan di rumah, anak juga mendapat pendidikan di sekolah. Tata krama sudah diinternalisasikan kepada anak setelah anak masuk sekolah. Memilih sekolah pertama yang tepat menentukan karakter anak kelak. Pendidikan awal di sekolah menjadi fondasi jiwa anak, yang tak bisa ditebus di hari kemudian.
Kelak setelah bayi mulai bersekolah ada hal perlu diingat. Bahwa prestasi akademis saja belum cukup untuk cerdas, dan meraih sukses nantinya. Anak perlu pula melakukan kegiatan bermanfaat di luar bidang akademisnya. Belajar saja dan meraih nilai prima belum tentu menjamin kesuksesan hidupnya kelak. Anak perlu bermasyarakat, pandai bergaul, memikirkan orang lain (thinks for others).
Maka kegiatan berkemah, out-bound, live-in dan sejenis itu, sekarang digalakkan di luar kegiatan sekolah, sebab kurikulum kita tidak memberi itu semua bagi anak-anak. Selain pandai, anak juga harus tahu banyak ihwal di luar pelajarannya. Kecerdasan sosial, kecerdasan emosi, kecerdasan musik, kecerdasan lainnya, diperoleh anak bukan dari belajar sekolahnya.
Di tangan orangtua peluang anak bertumbuh, sehat, dan cerdas, akan terletak.

(Tips sehat: Dr. Handrawan Nadesul)